Monday, November 9, 2009

Fadilah Bulan Sya’ban

Fadilah Bulan Sya’ban

“Allah Maha Penyantun terhadap para hambaNya, Dia memberi rizki kepada siapa saja yang Dia Kehendaki, Dialah Yang Kuat lagi Perkasa. Siapa menginginkan (pahala) keuntungan di akherat, maka Kamipun menambahnya, dan siapa hanya ingin memperoleh keuntungan dunia semata, maka Kamipun memenuhi, namun ingatlah bahwa ia tidak bakal memperoleh sedikitpun keuntungan di akherat.”

(Asy-Syuura 42:19-20)

Dari Anas bin Malik ra, Nabi SAW bersabda:
“Bahwasanya Allah SWT menjadikan laut dari nur di bawah ‘Arasy, kemudian menjadikan malaikat bersayap dua, satu dibelahan timur dan satunya lagi di belahan barat, kepalanya di bawah ‘Arasy dan kedua kaki di bawah bumi tujuh. Ketika seorang hamba bershalawat kepadaku di bulan Sya’ban, maka malaikat itupun ditugasi oleh Allah, supaya menyelam di air “Al-Hayah = hidup”, iapun menyelam lalu timbul kembali darinya, sambil menggerakkan sayapnya, hingga bulupun meneteskan air sebanyak-banyaknya. Kemudian dari setiap tetes air itu, Allah menjadikan seorang malaikat yang senantiasa beristighfar baginya sampai hari Kiamat.” (Zubdatul Wa’idhin)

Firman Allah SWT dalam ayat 19 surat Asy-Syuuraa mengundang berbagai pendapat dalam mengartikannya, diantaranya ada yang mengartikan:
Allah swt menyantuni/menyayangi mereka dengan memberi rizki-rizki dari berbagai kebaikan, namun tidak di serahkan secara global/tidak sekaligus.
Allah swt mengasihi/menyayangi orang yang tiada sayang pada dirinya dengan pertolongan dan rahmat syauq/rindu taat kepadaNya dan kepada RasulNya sesudah ruju’/kembali dari sifat munafiknya.
Allah swt mengasihi/menyayangi orang-orang yang sukar bertaubat dan beristighfar, menunjuk sabda Nabi saw:
“Tiada suara yang dicintai oleh Allah Swt, dari pada suara seorang hamba bertaubat dari dosanya kepada Allah Swt, lalu Dia berfirman : ‘Baiklah hai hambaKu, mintalah apa yang kau sukai.’ “
Allah Swt, menemani/mendampingi mereka.
Allah Swt mengasihi/menyayangi dengan kebaikan dan kebagusanNya, hingga tidak membinasakan mereka akibat laku maksiat mereka, dan tetap memberi rizki terhadap orang yang berlaku maksiat kepadaNya.
Allah Swt menyayangi maksudnya Dia yang menganggap kecil dari pemberianNya yang banyak, dan menilai besar dari ketaatan para hambaNya sekalipun kecil, menunjuk firmanNya dalam AlQur’an yang qadim:
“…. Katakanlah :’Kesenangan dunia cuma kecil’”.
(An Nisaa’ 4:77) (Zahratur Riyadl).

Dari Nabi SAW sabdanya:
“Kelebihan bulan Sya’ban mengatasi semua bulan, adalah bagaikan kelebihanku mengatasi seluruh para Nabi, dan kelebihan bulan Ramadlan mengatasi semua bulan, adalah bagaikan kelebihan Allah SWT mengatasi para hambaNya”.

Menunjuk firman Allah SWT:
“Dan Tuhanmu memilih, tiada hak bagi mereka memilih”.
(AlQashash 28 :68)

Sebab Nabi saw adalah berpuasa pada bulan Sya’ban secara penuh, dan sabdanya:
“Allah swt menerima amal-amal seluruh hamba di bulan ini/bulan Sya’ban.”

Dan Beliaupun bersabda:
“Tahukah, kenapa disebut dengan bulan Sya’ban ? jawab mereka: Hanya Allah dan RasulNya yang tahu pasti. Tegasnya: “Sebab pada bulan ini amal baik/kebaikan bercabang banyak sekali.” (Raudlatul ‘Ulama)

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda:
“Pada malam nishfu Sya’ban Jibril datang kepadaku, sahutnya: ‘Hai Muhammad, pada malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka, untuk itu tegaklah shalat, angkatlah kepala dan kedua tanganmu ke langit.’ Aku bertanya: ‘Hai Jibril, malam apakah ini ?’ Jawabnya: ‘Pada malam ini 300 pintu rahmat telah dibuka, Allah mengampuni semua orang yang tidak musyrik kepada Allah, bukan ahli sihir, bukan dukun, bukan orang yang suka bermusuhan, bukan pemabuk arak, bukan pelacur, bukan pemakan harta riba, bukan pendurhaka terhadap kedua orang tua, bukan yang suka mengadu domba, dan bukan orang yang suka memutus tali persaudaraan, mereka semua itu tidak diampuni, hingga bertaubat dan suka meninggalkan’.”

Lalu beliaupun keluar dan shalat, serta menangis dalam sujudnya, seraya membaca:
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari siksaMu, dan marahMu, aku tiada menghitung-hitung pujiku kepadaMu, sebagaimana Engkau memuji DzatMu sendiri, maka bagiMu lah segala puji hingga Engkau ridla.” (Zubdatul Wa’idhin).

Dijelaskan Bulan Rajab untuk mensucikan tubuh, Sya’ban untuk mensucikan lubuk hati, dan Ramadlan untuk mensucikan jiwa/ruh.

Maka siapa yang mensucikan tubuhnya dalam bulan Rajab, sucilah hatinya dalam bulan Sya’ban, dan siapa mensucikan lubuk hatinya dalam bulan Sya’ban, sucilah jiwanya dalam bulan Ramadlan.

Dan siapa tiada mensucikan tubuhnya di bulan Rajab, dan tiada suci hati dalam bulan Sya’ban, maka bagaimana dapat mensucikan jiwanya dalam bulan Ramadlan ? Itulah pula salah seorang Hukama menegaskan:
“Bahwasanya bulan Rajab untuk membersihkan/beristighfar dari segala dosa, Sya’ban untuk memperbaiki hati dari cacad, Ramadlan untuk menyinari jiwa, dan Lailatul Qadar untuk taqarrub/mendekatkan diri kepada Allah SWT.” (Zubdatul Wa’idhin)

Dan Nabi saw bersabda:
“Siapa mengagungkan bulan Sya’ban, bertakwa kepada Allah swt dan taat beribadah kepadaNya, serta mengekang diri dari laku maksiat, maka Allah mengampuni segala dosanya, dan menyelamatkan dari segala macam bahaya/bala dan macam-macam penyakit dalam tahun itu.”

Cerita dari seorang zahid bernama Muhammad bin Abdullah, katanya: Aku punya kawan dekat bernama Abu Khafsin Al-Kabir, ia meninggal dunia, lalu akupun menshalati jenazahnya. Alkisah, aku tidak berziarah ke kuburnya selama 8 bulan. Sesudah itu aku ingin berziarah ke kuburnya, malam itu aku tidur dan mimpi bertemu dengannya, ia kelihatan pucat wajahnya, akupun uluk salam kepadanya, namun tidak menjawab salamku. Sahutku: “Subhanallah, kenapa anda enggan menjawab salamku ?” Jawabnya: “Menjawab salam adalah suatu ibadah, sedangkan kami telah terputus dari ibadah.” Sahutku lagi: “Kenapa mukamu jadi pucat, padahal dulu anda berparas bagus?” Jawabnya: “Sewaktu aku diletakkan dalam kubur, seorang malaikat datang tegak di sisi kepalaku, bentaknya: Hai seorang tua yang jahat, dan iapun menghitung dosa-dosa dan keburukanku, lalu ia memukul dengan sebatang kayu, hingga tubuhku terbakar. Bahkan kuburpun berkata kepadaku: Tiada malukah engkau kepada Tuhanku? Kemudian ia menghimpit tubuhku kuat-kuat, hingga menjadi hancurlah tulang-tulang rusukku, berserakanlah persendian tulangku, aku disiksa sampai awal malam Sya’ban. Saat itu datanglah suara memanggil dari atasku, serunya: Hai malaikat, angkatlah pemukul darinya, sebab ia pernah menghidup-hidupkan salah satu malam dari bulan Sya’ban sepangjang usianya, dan ia pernah berpuasa sehari pada bulan itu, maka Allah swt melenyapkan siksa dariku berkat memulyakan malam Sya’ban dengan puasa dan shalat di malam harinya. Kemudian Allah memberi kegembiraan padaku dengan sorga dan rahmatNya. Itulah sebabnya Nabi saw bersabda:
“Siapa menghidup-hidupkan dua malam hari raya, dan malam nishfu Sya’ban, maka tidak matilah hatinya ketika umumnya hati (manusia) mati.” (Zahratur Riyadl).

No comments:

Post a Comment